Dalam postingan kali ini, saya akan membahas detail cerita dari salah satu postingan saya. Dalam postingan saya yang berjudul Ada 20 Hal Ajaib Yang Terjadi, saya membahas tentang 20 kejadian ajaib. Nah, jika Anda membaca kisah no. 5 dalam postingan tersebut, kali ini saya saya akan membahas detail cerita tersebut.
Bagi orang
yang percaya dengan hal-hal supranatural akan menyebut kejadian itu premonition. Tetapi,
mereka yang skeptis akan menyebutnya kebetulan, walaupun kebetulan itu sangat
luar biasa.
Pada
tahun 1838, Edgar Allan Poe, seorang master dalam novel misteri dan horor
menerbitkan sebuah novel yang berjudul The Narrative of Arthur Gordon Pym of
Nantucket.
Novel
ini mendapatkan banyak kritikan dan dianggap sebagai buku yang tidak bermutu.
Saking banyaknya kritikan, Poe sendiri akhirnya setuju dengan para kritikus dan
menyebut novelnya sendiri dengan kalimat "a very silly book".
Tokoh
utama dalam novel tersebut bernama Arthur Gordon Pym yang berlayar bersama
rekan-rekannya dengan sebuah kapal penangkap ikan paus bernama Grampus.
Suatu
hari terjadi pemberontakan di dalam kapal dimana sebagian besar awak dibunuh.
Pym
bersama dua rekannya bernama Dirk Peters dan Augustus yang tidak ikut dibantai
lalu menyusun rencana untuk merebut kembali kapal tersebut.
Usaha
mereka berhasil. Sekarang mereka bertiga adalah pemimpin kapal Grampus. Para
pemberontak yang ditaklukkan kemudian dibunuh atau dilempar kelaut.
Namun,
mereka memutuskan untuk mengampuni satu orang yang bernama Richard Parker
supaya bisa membantu mereka di atas kapal.
Setelah
berlayar beberapa lama, persediaan makanan dan air mulai habis. Dalam beberapa
hari, mereka mulai menderita kelaparan dan kehausan. Lalu, empat orang ini
mengambil sebuah keputusan yang mengerikan.
Salah
seorang dari mereka harus dikorbankan!
Tentu
saja, yang dimaksud dengan dikorbankan adalah dibunuh untuk dimakan.
Jadi,
mereka mengadakan undian, dan hasilnya menunjukkan kalau Richard Parker harus
mati.
Lalu,
mereka bertiga membunuh Richard yang malang dan bertahan hidup dengan memakan
dagingnya.
Nah,
ada sesuatu yang menarik dari novel ini. Poe mengklaim kalau novel ini
terinsipirasi oleh peristiwa-peristiwa nyata.
Klaim
ini ternyata tidak salah sepenuhnya, tetapi masalahnya adalah, peristiwa yang
sesungguhnya baru terjadi hampir setengah abad kemudian.
Pada
tahun 1884, sebuah kapal bernama Mignonette berlayar dari pelabuhan Southampton
menuju Australia. Kapal itu dipimpin oleh kapten Tom Dudley dengan dua awak
senior bersama seorang remaja yang baru berusia 17 tahun yang diperbantukan
sebagai Cabin Boy.

Kapten Tom Dudley
Ketika
mereka telah berada di lautan lepas, badai atlantik selatan menghantam. Tidak
ada kapal yang lewat dan mereka berada 1.600 mil jauhnya dari daratan. Sebuah
ombak besar datang dan segera menenggelamkan Mignonette.
Empat
penumpangnya berhasil lolos dengan menggunakan sebuah sekoci. Sayangnya, mereka
tidak berhasil membawa persediaan makanan dan air yang cukup selain dua kaleng
kecil lobak.
Selama
sembilan belas hari berikutnya, mereka mengapung dengan memakan lobak itu
bersama-sama. Namun, tidak butuh waktu lama sebelum keputusasaan menjalar.
Sang
remaja yang kehausan malah meminum air laut yang menyebabkannya kehilangan
kesadaran.
Melihat
peristiwa ini, kapten Dudley kemudian membicarakan sebuah ide bersama
rekan-rekan lainnya.
Sesuatu
harus dilakukan untuk mempertahankan hidup.
Ya,
seseorang harus dikorbankan untuk menjadi makanan bagi yang lain. Jadi, kapten
Dudley mengusulkan untuk segera mengadakan undian.
Sekonyong-konyong,
sebuah pikiran merasuk ke dalam benaknya. Sepertinya, ada ide yang lebih baik
ketimbang mengadakan undian. Kapten melihat ke arah remaja yang tergeletak
tanpa sadar dan mengajak kedua rekannya untuk membunuh remaja itu.
Dua
rekannya yang lain menganggap itu bukan ide yang baik, namun, kelaparan, kehausan
dan keinginan untuk bertahan hidup menyingkirkan semua keraguan di kepala
mereka.
Kemudian,
mereka bertiga berlutut dan berdoa.
Kapten
Dudley menyentuh pundak remaja itu dan berkata: "Anakku, waktumu telah
tiba."
Lalu,
mereka membunuhnya dan mulai memakan mayatnya.
Dengan
memakan mayat itu, mereka berhasil bertahan hidup hingga 35 hari berikutnya
sampai mereka diselamatkan oleh sebuah kapal lain yang lewat.
Ironisnya,
nama kapal yang menyelamatkan mereka adalah SS Montezuma, yang diambil dari
nama seorang raja Aztec yang kanibal.
Sepertinya,
Kanibalisme telah menyelamatkan mereka sebanyak dua kali.
Sesudah
diselamatkan, mereka bertiga mengakui perbuatannya dan pengadilan Victoria
menjatuhkan hukuman enam bulan kerja paksa.
Sampai
sini, kalian akan berpikir, Memang ada kesamaan, tetapi tidak terlalu luar
biasa sehingga bisa saja disebut sebagai sebuah kebetulan. Naluri bertahan
hidup mungkin akan membuat semua orang melakukan hal yang sama.
Benar,
sampai disini, cerita ini biasa saja, walaupun memiliki kesamaan cukup
menakjubkan dengan kisah dalam novel Poe. Tetapi yang membuatnya menjadi lebih
aneh adalah, nama remaja yang dibunuh
dan dimakan oleh kapten Dudley dan rekan-rekannya adalah: Richard Parker!
Sama
dengan nama awak kapal yang dibunuh dan dimakan di novel Poe!
Seakan-akan,
Poe mengalami premonition yang kemudian dituangkan ke dalam novelnya.
Jika
semua ini hanyalah sebuah kebetulan, menurut kalian, berapakah persentase
kemungkinan terjadinya kebetulan ini?
Hmm,
terlalu kebetulan, bahkan untuk sebuah kebetulan!
Seperti
yang saya katakan, penjelasan untuk peristiwa ini sangat tergantung dengan apa
yang kalian percayai.
Kapten
Tom Dudley menjalani hidup dengan rasa malu hingga akhir hayatnya. Penduduk
lokal mengenalnya dengan sebutan Cannibal Tom.
Walaupun
sisa-sisa tubuh Richard Parker dibuang ke laut oleh ketiga rekannya, sebuah
nisan dibangun untuknya di Woolston, Southampton. Konon, kapten Dudley telah
membayar satu keluarga lokal untuk merawat nisan tersebut.

sumber: xfile-enigma.blogspot.com

sumber: xfile-enigma.blogspot.com
Comments
Post a Comment