Dalam kepemimpinan piramida ini, ada
satu pemimpin tertinggi. Tugasnya mengatur seluruh agen di berbagai wilayah
masyarakat Muslim. Para eksekutor kelompok dalam organisasinya ini
disebut Hassassin.
Hassasin sendiri berasal dari Orang Arab menyebut ganja sbg "hasis", nama yang pernah melambung mengikuti reputasi "Hassassin", pasukan "soldier of fortune" penghisap candu. Tapi pengartian hassassin sebagai penghisap ganja ini kontroversi, Beberapa pakar bahasa Arab mengartikan hassasin sebagai "penjaga-penjaga rahasia".
Jadi, nama Hassasin bukan bersal dari kata "ganja" melainkan dari kata "penjaga - penjaga rahasia" atau bisa juga "pembunuh rahasia".
Meski dalam sejarah namanya Hassassin namun di zaman sekarang lebih banyak yang menyebut Assassin dari pada Hassassin, mungkin karena agak repot menyebutkannya. Begitu juga dengan saaya lebih suka menyebutnya Assassin. Maka dari itu saya akan memakai kata Assassin dalam tulisan kali ini.
Hassasin sendiri berasal dari Orang Arab menyebut ganja sbg "hasis", nama yang pernah melambung mengikuti reputasi "Hassassin", pasukan "soldier of fortune" penghisap candu. Tapi pengartian hassassin sebagai penghisap ganja ini kontroversi, Beberapa pakar bahasa Arab mengartikan hassasin sebagai "penjaga-penjaga rahasia".
Jadi, nama Hassasin bukan bersal dari kata "ganja" melainkan dari kata "penjaga - penjaga rahasia" atau bisa juga "pembunuh rahasia".
Meski dalam sejarah namanya Hassassin namun di zaman sekarang lebih banyak yang menyebut Assassin dari pada Hassassin, mungkin karena agak repot menyebutkannya. Begitu juga dengan saaya lebih suka menyebutnya Assassin. Maka dari itu saya akan memakai kata Assassin dalam tulisan kali ini.
Semula, kelompok Assassins ini
disebut Nizariyah. Karena, mereka berusaha mengembalikan
Pangeran Nizar al-Toyyib ke tahta kekuasaan Mesir. Nizariyah
melakukan cara ini karena yakin bahwa Pangeran Nizar al-Toyyib adalah
reinkarnasi Nabi Ismail as. Namun berkali Nizariyah salah patron
dan gagal meraih tujuan. Akhirnya mereka berinovasi menentukan pemimpin
dan berinovasi dg merubah tujuan & cara organisasi mereka. Yaitu
dengan dalih baru bahwa Nizariyah dibentuk untuk menyambut kedatangan Imam
Mahdi (Mesias)
Kali ini Nizariyah melanggar syariah Islam. Mereka menyabotase dan mengadopsi secara compang-camping akidah Syiah tentang Imam Mahdi. Dengan dalih mempersiapkan diri untuk menyambut datangnya Imam Mahdi, Imam ke-12 yang diagungkan masyarakat Syiah, kelompok Nizariyah melancarkan serangan bawah tanah kepada orang-orang yang dianggap musuhnya.
Perbuatan Nizariyah ini jelas bertentangan dengan syariah Islam yang disampaikan Nabi Muhammad SAW dan keyakinan masyarakat Syiah. menurut keyakinan masyarakat syiah Kepemimpinan Nabi Muhammad akan dilanjutkan oleh 12 Imam. Imam terakhir adalah Imam Mahdi yang dijanjikan Allah SWT sebagai penegak keadilan akhir zaman.
Kali ini Nizariyah melanggar syariah Islam. Mereka menyabotase dan mengadopsi secara compang-camping akidah Syiah tentang Imam Mahdi. Dengan dalih mempersiapkan diri untuk menyambut datangnya Imam Mahdi, Imam ke-12 yang diagungkan masyarakat Syiah, kelompok Nizariyah melancarkan serangan bawah tanah kepada orang-orang yang dianggap musuhnya.
Perbuatan Nizariyah ini jelas bertentangan dengan syariah Islam yang disampaikan Nabi Muhammad SAW dan keyakinan masyarakat Syiah. menurut keyakinan masyarakat syiah Kepemimpinan Nabi Muhammad akan dilanjutkan oleh 12 Imam. Imam terakhir adalah Imam Mahdi yang dijanjikan Allah SWT sebagai penegak keadilan akhir zaman.
Sehebat apapun aksi mereka, meski mengklaim gerakannya demi mempersiapkan
dataangnya Imam Mahdi, sangat jelas mereka melanggar Syariat Islam.
Contoh-contoh pelanggaran syariah tersebut diantaranya adalah bahwa kelompok
ini membolehkan setiap pemimpin mereka memiliki hak istimewa seperti meminum
anggur hingga mabuk dan menghisap ganja hingga teler. Lebih parah lagi,
pemimpin mereka dihalalkan membunuh umat Islam lainnya dengan alasan jihad.
Penyimpangan total terhadap Syariat Islam yang mereka lakukan menjadi alasan
para ulama Syiah mendakwa mereka sebagai orang-orang murtad dan sesat.
Jadi, orang orang Nizariyah atau assasin ini adalah kelompok yang memegang ajaran islam yang sesat atau bisa dibilang bukan islam lagi.
Setelah dinyatakan bersalah dan sesat, kelompok Nizariyah meninggalkan Mesir dan pindah ke Syria. Kemudian, di sana kaum Nizariyah dikenal sebagai kelompok Hassasin. Bahasa Inggris mengkonversi kata ini menjadi Assassins.
Selanjutnya, dalam kendali
kepemimpinan Hasan Bin Sabah, kelompok Assassins banyak melakukan
serangan gerilya secara keji. Mereka menyerang kota Baghdad dari markas
besarnya di Lembah Alamut, sebelah utara Persia. Mereka berusaha menggulingkan
penguasa pada masa itu.
Dalam The History of The Assassins, Amin Maluf menjelaskan bahwa Hasan Bin Sabah adalah master budaya dan penyair yang menguasai sains modern. Hasan Bin Sabah berusaha keras membangun organisasi Assassins. Dia adopsi teknik-teknik Darul Hikmat di Kairo, Mesir. Dia berambisi memajukan organisasi yang dipimpinnya itu. Terbukti, setelah dua abad lebih, kelompok Assassins lihai membunuh musuh-musuhnya dengan racun dan senjata. Kelompok ini juga mahir melakukan serangan-serangan bawah tanah yang pernah menjadi momok di kawasan Timur Tengah. Benteng Assassins Lembah Alamut menjadi salah satu legenda Persia yang terkenal dengan sebutan “surga dunia”. Marco Polo terkesan akan kemegahan dan kemewahan Benteng Alamut.
Jadi, orang orang Nizariyah atau assasin ini adalah kelompok yang memegang ajaran islam yang sesat atau bisa dibilang bukan islam lagi.
Setelah dinyatakan bersalah dan sesat, kelompok Nizariyah meninggalkan Mesir dan pindah ke Syria. Kemudian, di sana kaum Nizariyah dikenal sebagai kelompok Hassasin. Bahasa Inggris mengkonversi kata ini menjadi Assassins.
Dalam The History of The Assassins, Amin Maluf menjelaskan bahwa Hasan Bin Sabah adalah master budaya dan penyair yang menguasai sains modern. Hasan Bin Sabah berusaha keras membangun organisasi Assassins. Dia adopsi teknik-teknik Darul Hikmat di Kairo, Mesir. Dia berambisi memajukan organisasi yang dipimpinnya itu. Terbukti, setelah dua abad lebih, kelompok Assassins lihai membunuh musuh-musuhnya dengan racun dan senjata. Kelompok ini juga mahir melakukan serangan-serangan bawah tanah yang pernah menjadi momok di kawasan Timur Tengah. Benteng Assassins Lembah Alamut menjadi salah satu legenda Persia yang terkenal dengan sebutan “surga dunia”. Marco Polo terkesan akan kemegahan dan kemewahan Benteng Alamut.
Hasan Bin Sabah merekrut para pemuda
di wilayahnya sebagai pengikutnya dengan cara membius mereka dan mengangkutnya
ke lembah itu. Setelah sadar, ternyata mereka berada di “surga dunia” itu.
Pemandangan surga dunia dipamerkan kepada mereka. Segala kenikmatan bius mereka
rasakan berbarengan dengan doktrin-doktrin sebelum akhirnya dilepas kembali ke
tengah masyarakat.
Setelah para pemuda itu diculik oleh
Hasan Bin Sabah untuk dijadikan murid, ketika itu mereka dicuci otak dengan
berbagai merek dan tipe tipu daya. Akal sehat mereka menjadi hilang. Bagi
mereka, sosok Hasan Bin Sabah adalah segalanya. Moto mereka kemudian menjadi
"Tak ada larangan ! Semua halal !"
Di atas adalah gambar benteng alamut masa kini
yang dulunya adalah "surga dunia" para assassin.Arkun Daraul dalam karyanya A History of Secret Societies, membagi kelompok rahasia pengikut Assassins menjadi tiga lapis. Pertama, para misionaris (Dayes), kedua para sahabat (Rafiq), ketiga adalah murid-murid yang teruji kesetiaannya, pecintanya (Muhibbin). Golongan terakhir adalah para eksekutor terlatih. Para muhibbin mencirikan diri dengan topi putih dan sepatu boot merah. Ketiga lapis kelompok Assassins, selain mahir menghunjam belati di dada korbannya, mereka juga menguasai bermacam bahasa. Ada kalanya mereka berdandan dan berperilaku seolah pendeta. Mereka juga berbaur dengan masyarakat dengan menjadi pedagang dan serdadu. Intinya, mereka siap menyamar menjadi siapa saja sebagai kedok demi menjalankan misi dan meraih tujuan.
Pengaruh Assassins menyebar ke seantero jagad hingga pertengahan abad 13. Setelah Hasan Bin Sabah terbunuh di tangan anaknya sendiri, Muhammad, kelompok Assassins mengalami kemunduran. Kemudian Muhammad juga dibunuh anaknya sendiri. Tahun 1256, markas besar Assassins, Benteng Alamut, jatuh ke tangan penjajah Mongol yang menandai akhir riwayat Assassins.
Pada awal abad 16, pemerintahan Ottoman yang berkuasa, menghancurkan pertahanan terakhir Assassins yang tak terkalahkan pada masanya. Perubahan besar ini menjadikan dinasti pemimpin Nizariyah Ismailiyah memodernisasi organisasinya. Agha Khan adalah tokoh utamanya. Kemudian mereka menghilangkan citra Assassins atau ‘pembunuh’. Organisasi yang berubah total ini mensyaratkan toleransi kepada sesama umat manusia sebagai lanskap kegiatannya dan melaksanakan perintah Al-Quran.
Comments
Post a Comment