Kerusakan yang terjadi di Myanmar
Dirinya telah dikenal luas sebagai sosok yang menyuarakan demokrasi di
Myanmar. Tetapi sayangnya, Aung San Suu Kyi sepertinya memiliki satu isu yang
dianggapnya tidak penting dan enggan membicarakannya, yakni nasib etnis
Rohingya.
Sebagian besar kelompok HAM internasional merasa kecewa
dengan sikap Suu Kyi terhadap kondisi yang dihadapi etnis Rohingya. Sebagai
peraih Nobel Perdamaian pada 1991 silam, sikap Suu Kyi tersebut dianggap
mengecewakan. Para pemerhati HAM melihat Suu Kyi seharusnya memainkan peranan
penting untuk meredakan konflik yang terjadi dan membuat dunia lebih memberikan
perhatian kepada etnis Rohingya.
Para pengamat dan aktivis kini memiliki pandangan baru
terhadap Suu Kyi, saat perempuan berusia 67 tersebut memulai karir baru di
dunia politik Myanmar. Mantan tahanan politik itu kini dianggap lebih bersikap
sebagai politisi yang memilih cara aman untuk bertahan di percaturan politik
Myanmar.
"Secara politis, Aung San Suu Kyi tidak akan memperoleh
apapun bila membuka mulutnya dan berbicara tentang ini (etnis Rohingya),"
ujar pengamat Myanmar, Maung Zarni, seperti dikutip Associated Press, Jumat
(17/8/2012).
"Suu Kyi bukan lagi seorang tahanan politik yang
mencoba mempertahankan prinsipnya. Kini dia seorang politisi dan mencoba
memenangkan satu tujuan yakni, memenangkan suara mayoritas warga Budha di
pemilu 2015," lanjutnya.
Seorang pengamat Kanada Abid Bahar mengaku terkejut dengan
sikap Suu Kyi yang gagal untuk mengambil langkah meredakan konflik ini.
"Sebagai pemenang Nobel Perdamaian, seharusnya dia bisa memainkan peran
yang besar. Kini dia hanya mengabaikan (Rohingya). Saya kira dirinya adalah
satu-satunya sosok yang bisa diandalkan oleh etnis Rohingya," tutur Bahar.
Etnis Rohingya terdiskriminasi dari rakyat Myanmar lain.
Kewarganegaraan mereka ditolak oleh pemerintah, meskipun mereka sudah tinggal
di Myanmar selama ratusan tahun. Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) memperkirakan
sekira 800 ribu warga etnis Rohingya saat ini masih bertahan di Myanmar.
Kehidupan warga Rohingya di Myanmar amat termarjinalkan.
Mereka memerlukan izin bila ingin menikah. Selain itu, etnis Rohingya juga
dilarang memiliki anak lebih dari dunia. Bahkan untuk bepergian ke luar
desanya, mereka pun diharuskan memiliki izin.
Pemerintah Myanmar melihat Rohingya sebagai imigrann gelap
dari Bangladesh, namun pada kenyataannya Bangladesh juga menolak mereka.
Kondisi ini membuat Rohingya tidak memiliki kewarganegaraan. Pemerintah Myanmar
enggan mengakui kewarganegaraan etnis Rohingya meskipun mereka sudah berada di
Myanmar ratusan tahun lalu. Presiden Thein Sein bahkan menegaskan pihaknya
lebih memilih untuk mendeportasi warga Rohingya atau bahkan memasukannya ke
tempat penampungan sementara.
Konflik yang dialami Rohingya mencuat ketika etnis ini
terlibat singgungan dengan warga etnis Rakhine, Juni lalu. Insiden itu diawali
adanya warga etnis Rohingya yang memperkosa tiga orang perempuan etnis Rakhine.
Tetapi tuduhan itu tidak terbukti sama sekali. Etnis Rakhine membalas aksi
tersebut dengan membantai 10 orang ulama etnis Rohingya. Selama ini pemerintah
dan rakyat terus melakukan tindakan diskriminasi terhadap etnis Rohingya.
Kedua kelompok ini terlibat kerusuhan yang menyebabkan
ratusan ribu warga mengungsi. Kerusuhan ini pun dilaporkan menyebabkan 78 orang
tewas. Kelompok Human Rights Watch (HRW) sebelumnya mengeluarkan
laporan bahwa Pemerintah Myanmar, sengaja membiarkan pembantaian yang dialami
oleh etnis Rohingya. Pasukan Pemerintah Myanmar dilaporkan menjadikan Rohingya
sebagai target pembunuhan, pemerkosaan, penangkapan dan penyiksaan.
Namun ketidakadilan yang diderita oleh etnis Rohingya itu
tidak serta-merta dibiarkan. Organisai Kerja Sama Islam (OKI) memutuskan untuk
membawa isu pembantaian etnis Rohingya ke Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB). OKI
pun memperhatikan warga etnis Rohingnya yang saat ini hidup di tempat
penampungan.
Namun apa yang dapat kita lakukan untuk membantu mereka? Kita dapat memberi bantuan kepada Rohingya dengan menyumbangkan sedikit uang kita untuk keperluan dan kebutuhan etnis Rohingya yang sedang kritis. Banyak lembaga-lembaga di Indonesia yang tergerak hatinya untuk membantu. Salah satunya adalah 'dompet dhuafa'. Jika Anda ingin mendonasikan uang Anda lewat Dompet Dhuafa, Anda dapat membuka web ini: www.dompetdhuafa.org
sumber:
Comments
Post a Comment