Judul Buku :
Negara Kelima
Pengarang :
E.S. Ito
Penerbit :
Serambi
Tauhn Terbit :
2005
Tebal Isi :
518 Halaman + cover
Jika sebelumnya saya sudah membahas mengenai novel
berjudul Rahasia Meede karya E.S. Ito, kali ini saya akan mencoba mengulas
novel pertama Bung Ito yang berjudul Negara Kelima. Pada halaman awal, langsung
tertulis sebuah quote yang ditulis oleh E.S. Ito sendiri.
“Ibu, aku
ingin mengubah bintang.”
Dari quote itu, saya sudah memastikan kalau buku ini
adalah buku yang mengubah bintang. Dalam arti lain, penuh dengan imajinasi yang
dapat mengubah pemikiran pembaca.
Raganya
Indonesia
Tetapi
jiwanya tidak lagi nusantara
Satu
kelompok berkuasa
Sisanya
pengaya saja
Sebagian
kecil kelompok kaya
Sisanya
menanggung derita
Bubarkan
Indonesia
Bebaskan
Nusanata
Bentuk
Negara kelima
-Kelompok Patriotik-
Pertama kali bait-bait provokatif itu muncul pada
tanggal 18 Agustus. Satu hari setelah perayaan kemerdekaan Indonesia. Muncul
begitu saja mengganti seluruh tampilkan halaman web situs-situs milik
pemerintah . Halaman web-nya diganti,
bendera merah putih digantikan dengan peta nusantara dengan lingkup yang lebih
besar. Setiap kata “Indonesia” diganti dengan “Nusantara”. Selain Kelompok
Patriotik, tidak ada lagi penjelasan mengenai pelaku pembajakan situs internet
ini.
Setelah aksi pertamanya pada tanggal 18 Agustus itu,
mereka kembali berulah pada tanggal 20 Agustus dengan cara menjebol dua bank
milih pemerintah hingga terjadi rush.
23 Agustus, mereka menjebol sistem komputerisasi Bandara Soekarno-Hatta dan
semua penerbangan hari itu ditunda. 1 September, giliran Plasa Senayan dan
Plaza Semanggi yang diserang. Sistem peringatan kebakaran menyala mendadak dan
menimbulkan kepanikan. 6 September, kekacauan kembali terjadi. Kekacauan telekomunikasi
melanda seluruh kawasan Divisi Regional I PT Telkom Indonesia. Tidak ada
telepon yang tersambung, hanya sebuah nada sambung yang berbunyi, “Bebaskan
Indonesia, bebaskan Nusantara, bentuk Negara Kelima.”
Polisi menamai Kelompok Patriorik ini sebagai Kelompok
Patriotik Radikal (KePaRad). Tindakan kriminal yang pada awalnya dianggap hanya
tindakan kelompok amatiran kini telah menimbulkan kecemasan tingkat tinggi.
Kasus ini pada akhirnya jatuh ke tangan Detasemen Khusus Antiteror Polda Metro
Jaya. Pada akhirnya, polisi berhasil menemukan tempat di mana mereka
bersembunyi, di sebuah rumah kontrakan di kawasan Pantai Indah Kapuk.
Saat penyergapan, polisi hanya berhasil menangkap
dua anggota mereka. Saat di interogasi, mereka malah mengatakan hal-hal yang tidak
jelas. Jika mereka menuntut pembentukan Negara Kelima, berarti ada empat negara
yang sebelumnya sudah terlaksana, bukan begitu? Maka dari itu, para polisi
bertanya, tetapi deskripsi tentang lima negara itu terdengar seperti teka-teki.
Dalam tempo 48 jam, tiga orang gadis remaja
terbunuh. Beberapa hari kemudian, Inspektur Satu Rudi Djatmiko yang menyelidiki
kasus itu juga terbunuh. Satu-satunya petunjuk
dari pembunuhan itu adalah simbol pyramid dengan belahan diagonal pada
bagian alasnya yang digoreskan pada tubuh korban. Timur Mangkuto, seorang
Inspektur kepolisian harus kabur bersama rekan kerjanya, Genta. Timur dituduh
sebagai pelaku pembunuhan. Selain itu, ia juga dituduh sebagai anggota KePaRad.
Dalam pelariannya, Timur Mangkuto bersama Genta
bertemu dengan Eva Duani, seorang sejarawati. Mereka bersama mencoba memecahkan
teka-teki negara pertama sampai dengan negara keempat. Dibantu dengan Profesor
Sejarah Duani Abdullah, mereka mulai menemukan titik terang.
Teka-teki tersebut menuntun mereka menguak misteri
tenggelamnya Atlantis. Hingga mereka sampai pada satu kesimpulan: Atlantis
adalah Nusantara purba, dan KePaRad bertujuan untuk membangkitkan kejayaan
Atlantis.
Sejarah adalah bahan bakar, anak muda adalah apinya.
Tabir-tabir sejarah dikuak dalam novel ini. Mulai dari sejarah Atlantis,
kerajaan Sriwijaya dan Majapahit, sejarah penaklukan Alexander The Great, kitab
Minangkabau ‘Tambo’, Ken Arok, Timaeus and Critias, hingga PDRI dan Konstelasi
Capricornus.
Semua cerita-cerita sejarah itu dirangkai menjadi
satu dan menjadikan sebuah fakta mengenai tenggelamnya Atlantis di Indonesia.
Lantas, apakah Timur Mangkuto dapat membersihkan namanya? Mending langsung baca
aja buku ini. Novel ini menyuguhkan ketegangan dan alur cerita yang terus
mengalir.
Walaupun saya sangat suka dengan novel ini, tetapi
tetap saja ada kelemahan novel ini. Seperti data sejarah yang kurang akurat,
dan hal-hal lain yang dianggap tidak logis dan terlalu mengada-ada.
Inti dari novel ini sebenarnya tertulis di bagian
akhir buku.
“Nusantara
ini bukan sekadar serpihan bekas kolonial Belanda! Nusantara kita mungkin lebih
tua dari negeri-negeri utara. Hegemoni utara yang membuat negeri-negeri selatan
menjadi kerdil dan lupa akan sejarah panjangnya sendiri.”
However, saya tetap salut untuk E.S. Ito. Tetap
menulis, Bung!
Comments
Post a Comment