Penerbit : Mizan Hikmah
Tahun Terbit : Cetakan 1, Agustus 2007
Cetakan 2, Oktober 2007
Cetakan 3, April 2008
"Sastra Indonesia dientak keras oleh terbitnya [Rahasia Meede]..."
komentar tersebut tidak main-main. Novel Rahasia Meede ini menurut saya cukup bagus. Dengan alur yang berlika-liku, penceritaan sejarah yang hebat, dan intrik-intrik di dalamnya membuat saya terkesan.
Novel kedua yang ditulis E.S. Ito ini berjudul
‘Rahasia Meede’ dan mempunyai sub-judul ‘Misteri harta karun VOC’. Seperti
novel pertamanya, yaitu ‘Negara Kelima’, di bukunya yang kedua ini Bung Ito
kembali menyusun data-data sejarah dalam bentuk cerita fiksi. Jika dalam novel
‘Negara Kelima’ Bung Ito menceritakan tentang sejarah Atlantis, di buku
‘Rahasia Meede’ ini ia menceritakan tentang sejarah harta karun VOC.Novel ini tersusun atas 73 Bab ditambah Prolog dan Epilog masing-masing satu. Prolog di novel ini menceritakan keadaan di Den Haag bulan November 1949, tempatnya saat dilaksanakan Konferensi Meja Bundar (
Nah, kita lalu langsung meloncat ke masa kini, sekitar 50 tahun setelah kejadian di atas. Di masa kini, tiga orang peneliti dari Belanda menemukan ‘De Ondergrondse Stad’ atau lorong bawah tanah di perut bumi Jakarta. Sementara itu, di atas, pembunuhan berantai terjadi. Satu per satu orang penting dari Jakarta ditemukan tewas di tempat-tempat yang berawalan huruf B. Seorang wartawan muda harian Indonesiaraya bernama Batu Noah Gultom berusaha menyelidiki kasus pembunuhan berantai tersebut.
Cathleen Zwinckel adalah pendatang
lain dari Belanda. Mahasiswa pascasarjana di Universitas Leiden itu mengaku
tengah menyelesaikan thesis Master-nya tentang Sejarah Ekonomi Kolonial. Oleh
profesornya, ia dititipkan pada CSA, sebuah lembaga think-thank terkemuka di
Jakarta. Tetapi diam-diam ia memiliki agenda lain. Gadis cantik itu datang juga
untuk mengungkap misteri ratusan tahun. Oleh profesornya, ia diminta untuk
memecahkan misteri Surat Kew yang dikeluarkan oleh William V pada tahun 1795.
Surat yang akan menuntunnya pada misteri terbesar yang selama ini hanya menjadi
bisik-bisik, Het Geheim van
Meede, Rahasia Meede. Kunci
misteri itu ada pada sosok Suhadi, seorang arsiparis senior Arsip Nasional
Republik Indonesia. Tetapi tugas itu tidak semudah yang disangka Cathleen.
Seseorang menculiknya ke sebuah pulau rempah-rempah. Laki-laki muda di balik
penculikan itu bernama Kalek. Buronan nomor satu yang sempat dinyatakan tewas,
dalang di balik peristiwa penyerbuan bersenjata dan kematian orang-orang
bertato pada tahun 2002.
Pembunuhan berantai itu tidak berhenti.
Tetapi Batu mulai bisa mencium jejak pembunuhnya. Tetapi di tengah-tengah
penemuan itu, Parada Gultom, redaktur yang membawahi Batu di Indonesiaraya
hilang tanpa jejak. Sementara di balik
ketegangan itu seorang guru biasa dipanggil Guru Uban hidup dalam kedamaian di
Bojonggede. Tetapi di balik penampilan tenang, ia menyimpan sebuah rahasia.
Beragam misteri lama kelamaan mulai terungkap. Pembunuhan berantai, kota bawah tanah, surat Kew,
Monsterverbond, Erberveld, Dokumen Sabda Revolusi, Deandels, Meede, hingga berujung
pada satu misteri: harta karun VOC.
Siapakah dalang dibalik semua ini?
Menjelajahi Jakarta, terbang ke Brussel dan Belanda, pergi ke Banda,
menyeberangi Papua, teka-teki Nabi Musa dan Khidr, hingga bertualang ke pedalam
Siberut, Mentawai. Tampaknya E.S. Ito sangat serius dalam membuat novel ini. Ia
harus pergi ke pedalaman Siberut, dan Boven Digoel serta meneliti arsip-arsip
nasional RI serta berdiskusi dengan para pelaku sejarah.
Sebelum saya akhiri, akan saya
berikan beberapa potongan dari novel Rahasia Meede:
~Pangkal pipi kanannya sobek hingga gigi belakangnya
jelas terlihat.~ –hal.14-
~”Maksudmu, Ciliwung itu sumber air minum?” Erick
bergidik jijik…~ -hal.25-
~Setelah itu, dia tidak merasakan apa-apa lagi. Dia
berada di dalam dimensi empat. Dunia hening yang tidak mungkin ditembus
sembarang orang~ -hal.295-
~La Parilla,
rak besi itu mengalirkan arus listrik. Pada rangka besi itu, orang-orang yang
dianggap berseberangan dengan Pinochet diestrum dari kepala hingga ujung
kakinya~ -hal.254-
~Badai menghajar Ibu Kota tanpa ampun. Angin kencang
menumbangkan puluhan pohon di jalan protokol.~
-hal.388-
~Mereka tidak berani menghadapinya. Melawan Kakehan
artinya menebar benih kutukan seumur hidup~
-hal.368-
~Sebenarnya dia telah mati, tetapi malaikat maut
masih enggan menjemput.~ -hal.496-
~Dia tidak mengerti sosok apa yang tengah
dihadapinya. Pikirannya mengatakan itulah Mephistopheles.~ -hal.192-
~Dialah orangnya, Kapten Kapal The Flying Dutchman. Hantu yang paling ditakuti setiap pelaut yang
melalui Tanjung Harapan.~ -hal.211-
~…Doni menggosok-gosok matanya, memastikan bahwa
fenomena itu memang terjadi. Dia tidak salah, puncak emas Monas perlahan ambruk
ke bawah.~ -hal.572-
~”Bunyikan alarm dan sirine. Mungkin ini bakti
terakhir kita pada Ibu Pertiwi.”~
-hal.573-
Comments
Post a Comment