Nilai Kasih Sayang Seorang Ibu Dalam Film Silent Hill


Pernah mendengar Silent Hill? Mungkin akan ada yang berkata bahwa itu adalah sebuah film. Mungkin juga ada yang berkata bahwa itu adalah sebuah video game. Atau mungkin ada yang belum tahu apa itu Silent Hill. Dalam tulisan kali ini, saya tidak terlalu ingin membahas mendalam mengenai Silent Hill.
Silent Hill adalah judul sebuah video game yang kemudian diadaptasi menjadi sebuah film. Di sini, saya akan lebih bercerita mengenai filmnya. Menurut komentar orang-orang yang saya baca di internet, Silent Hill adalah film horror yang sesungguhnya. Ada juga yang bilang bahwa dibandingkan dengan Resident Evil, Tekken, atau Final Fantasy, Silent Hill merupakan film adaptasi game terbaik.

Saya sudah menontonnya. Begini ceritanya: Rose dan Chris mempunyai seorang anak bernama Sharon. Nah, Sharon ini suka jalan sambil tidur. Di awal cerita, diperlihatkan bagaimana Rose dan Chris mencari Sharon yang keluar rumah. Akhirnya, mereka menemukan Sharon sedang berada di tepi air terjun.


Rose dan Chris berhasil bertemu Sharon dan mengajaknya pulang. Saat itu, Sharon berteriak-teriak seperti kesetanan. Sharon berteriak, “Pulang!” tetapi, saat orangtuanya mengajak pulang, Sharon malah berteriak, “Silent Hill! Silent Hill!” Jelas sudah bahwa saat itu Sharon ingin segera pulang.. ke Silent Hill.


Silent Hill sendiri adalah nama sebuah kota mati yang dikabarkan berhantu. Dikabarkan bahwa sudah tidak ada makhluk hidup di Silent Hill dan tidak ada yang pernah masuk ke sana karena kota itu mengandung gas beracun.


Demi anaknya, Rose pun membawa Sharon ke Silent Hill. Ia berpikir Sharon mungkin akan sembuh jika dibawa ke Silent Hill. Di tengah perjalanan, seorang polwan bernama Cybil yang curiga akan tindak-tanduk Rose segera mengikuti mobilnya. Menyadari diikuti, Rose mempercepat laju mobilnya.


Saat sedang kejar-kejaran ngebut seperti itu, Rose melihat ada bayangan yang lewat di depannya. Ia segera mengerem. Sialnya, mobil yang dikemudikan Rose menabrak dan Rose pun pingsan. Saat tersadar, ternyata Rose sudah berada di Silent Hill. Tetapi…Sharon sudah tidak ada di mobil!


Nah, dari sinilah petualangan dialami oleh Rose dan Cybil yang bernasib sial. Cybil tidak menyangka ia akan terjebak juga. Banyak kejadian menegangkan yang mereka alami. Tetapi dalam tulisan kali ini, aku ingin membahas tentang makna implisit dari film ini. Menurutku, sang sutradara ingin menekankan bahwa kasih sayang antara ibu dan anak tidak akan pernah habis.


Beberapa kejadian menyentuh yang tragis juga digambarkan dalam film ini. Contohnya saat Cybil yang awalnya mencoba menangkap Rose pada akhirnya menolong Rose mati-matian. Di awal film, terlihat jelas bahwa Rose dan Cybil saling membenci. Tetapi, di saat-saat akhir film, Cybil berusaha membela Rose. Cybil bahkan dibakar sampai kulit-kulitnya melepuh dan akhirnya ia tewas. Tidak bisa kubayangkan, bagaimana Cybil mencoba pasrah saat kulit-kulitnya mulai terbakar. Walaupun sudah hampir matang, Cybil masih sempat berteriak membela Rose bahwa ia tidak bersalah.


Kasih sayang Rose kepada Sharon juga terlihat di sepanjang film. Walaupun Sharon bukanlah anak kandungnya, Rose bersedia berkorban nyawa demi Sharon. Mulai dari melarikan diri dari kejaran monster-monster mengerikan, mencoba melawan makhluk besar-berkepala-corong yang menggenggam pisau raksasa, sampai harus bertemu dengan ‘sang iblis’. Semua itu dilakukan demi dapat bertemu Sharon dan pulang ke rumah dengan tenang.


Adegan menyentuh lainnya bisa dilihat saat Alessa beraksi. Diceritakan bahwa Alessa mempunyai dendam kesumat karena ia pernah dipanggang oleh pengikut aliran sesat. Walaupun dibakar, ia masih hidup. Itulah yang membuatnya sangat tersiksa. Semakin hari, dendam Alessa semakin besar. Saking besar dendamnya, ia bahkan mengutuk seorang suster yang hanya melihat keadaannya. Tetapi adegan menyentuh terlihat di akhir film. Saat Alessa dengan sadis membantai orang yang pernah memangganggnya.


Saat Alessa membantai orang-orang itu, ibunda dari Alessa sedang ada di sana. Ibu Alessa pun pasrah. Ia berpikir Alessa akan membunuhnya juga karena tidak mencoba untuk menyelamatkan Alessa waktu itu. Tapi, saat pembantaian sudah selesai dan Rose serta Sharon sudah keluar dari persembunyiannya, si Ibu Alessa dengan heran bertanya kepada Rose, “Kenapa Alessa tidak membunuhku seperti yang lain?” Dengan bijaksana, Rose menjawab, “Because you’re her mother. Mother is God in the eyes of child.”

Kereen…


Terlepas dari itu, adegan-adegan sadis dan menegangkan juga menghiasi film ini. Ada adegan dimana para makhluk menyerang satu sama lain dengan sadis. Ada pula adegan menegangkan saat makhluk besar-berkepala-corong yang menggenggam pisau raksasa mengejar-ngejar Rose dan Cybil. Dan, kesadisan lain juga diperlihatkan saat makhluk besar-berkepala-corong mengangkat Anna, melepaskan pakaian Anna dengan satu gerakan dan di detik selanjutnya ia membunuh Anna dengan cara ‘mencopot’ kulit bagian depan Anna. Dan adegan sadis yang merupakan penutup adalah saat Cristabela dengan mudahnya dibelah menjadi dua oleh ‘kawat-kawat’ Alessa. Diperlihatkan juga saat Alessa sedang membantai, sang Ibunda dengan santai berjalan di sepanjang jalan dimana organ-organ dalam manusia berceceran.


Ending dari film ini juga tetap meninggalkan tanda tanya besar bagi penonton. Saat semua sudah menjadi tenang, aliran sesat sudah dimusnahkan, dan Sharon sudah kembali ke pelukan Rose, film pun terus diputar dengan musik slow. Tapi, endingnya itu…. Ah! Pokoknya sialan deh! Silakan tonton sendiri, hehehe…

Comments