Meneruskan dua tulisan saya sebelumnya di sini dan di sini, kini bagian ketiga kembali muncul. Tidak lupa saya ingatkan kepada teman-teman untuk selalu menggunakan bahasa yang baik yang benar (sok bijak)
Silakan langsung dibaca kesalahan apa saja yang sering kita lakukan.
1. Kaya
Apa
definisi kaya? Berharta. Tentu saja. Tetapi jika definisi kaya yang kita
gunakan adalah berharta, tidak heran mengapa banyak orang yang benci terhadap
orang kaya. Kesalahan kata ini saya
dapatkan dari acara Mario Teguh Golden Ways. Saya memang sudah menyadari hal
tersebut. Tetapi acara itu kembali menyadarkan saya bahwa ‘kaya’ bukanlah
berharta! Kaya adalah ‘berpunya’ atau ‘berkecukupan’.
Tentu saja ini berbeda.
Orang yang kaya adalah orang yang berpunya. Orang yang disayang berarti ia kaya
akan kasih sayang. Jadilah orang yang kaya! Kaya akan kasih sayang dan
persahabatan. Mari kita ubah paradigm berpikir kita terhadap orang kaya supaya
kita tidak lagi membenci orang kaya.
2. Hacker
“Twitter
gue ga bisa dibuka! Sialan, pasti ada hacker nih!” Itu adalah kata-kata yang
umum keluar. Atau kita ambil contoh lain, “Eh, jauhin dia, dia hacker.
Website-website gue dibobol!” Sering mendengarnya? Tentu. Tapi saya akan
bertanya kepada Anda: Apa itu hacker? Anda akan menjawab cepat bahwa Hacker
adalah penjahat di dunia maya. Tentu saja ini salah. Setelah membaca ini,
jangan pernah sekali-kali anda mengatakan bahwa Hacker itu jahat. Sesungguhnya
penjahat di dunia maya yang suka membobol website dan merugikan adalah Cracker,
bukan Hacker. Hacker tidak menyebabkan kerugian. Untuk lengkapnya dapat dilihat
di:
3. Ustadz
Negara
Indonesia sebagai negara dengan penduduk Islam terbanyak di dunia juga pasti
memiliki banyak pendakwah Islam. Lantas, mengapa saya memasukkannya ke dalam
kesalahan kata? Karena menurut saya, bahasa serapan ini sering salah digunakan.
Secarah harfiah, Ustadz dapat berarti guru. Kita harus membedakan ustadz dengan
da’i. Ustadz adalah guru. Sementara da’i berarti orang yang berdakwah. Dengan
demikian, seorang guru, bagaimanapun bentuknya dapat dikatakan sebagai ustadz.
Tetapi tidak semua ustadz adalah da’i. Jadi, yang biasanya ceramah atau dakwah
itu, semestinya kita panggil Da’i.
4. Menyontek
Kali
ini, memang makna dalam kata tersebut tidak salah. Tetapi penggunaan kata
dasarnya sangat sering saya mendengar orang salah mengucapkan. Pernahkah anda
mendengar seseorang berbicara, “Dilarang mencontek! Apalagi memberikan contekan
kepada orang lain!” Dari kalimat itu, kita bisa tahu kalau kata dasarnya adalah
‘Contek”. Tetapi, tahukah Anda, tidak ada kata ‘contek’ di kamus Bahasa Indonesia.
Alih-alih ‘contek’, yang ada adalah kata ‘sontek’. Dengan demikian, kalimat
tadi seharusnya diganti menjadi, “Dilarang menyontek! Apalagi memberikan
sontekan kepada orang lain.” Kedengarannya aneh? Memang. Tetapi cobalah kita
biasakan menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar.
5. Hembus
Ini
yang paling sering salah. Sebenarnya, tidak pernah ada kata ‘Hembus’. Yang ada
adalah kata ‘Embus’. Jadi, jika Anda adalah seorang penulis dan Anda sedang
menuliskan sebuah kalimat yang berbunyi, “Dengan mata sembab, ia menghembuskan
nafas terakhirnya.”
Kalimat
tersebut harus Anda ganti menjadi, “Dengan mata sembab, ia mengembuskan nafas
terakhirnya.”
asd
ReplyDelete